Khutbah Jumat | Tiga Hal yang diridhoi dan Tiga Hal yang Dimurkai
KHUTBAH JUMAT PERTAMA:
الْحَمْدَ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ
رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا
وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ
لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا
عَظِيمًا ٧١
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Sidang Jumat rahimakumullah,
Allah ‘azza
wa jalla telah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ
ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (Ali Imran: 102)
Tidak
bosan-bosannya para khatib dan penceramah mengajak kaum muslimin agar bertakwa
kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi
larangan-Nya. Sebab, itulah pangkal kesejahteraan.
Majlis jumat rahimakumullah,
Di antara
bentuk ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla adalah mencari keridhaan-Nya serta
menjauhi kemurkaan-Nya. Allah ‘azza wa jalla berfirman di dalam al-Qur’anul
karim,
أَفَمَنِ ٱتَّبَعَ
رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِ كَمَنۢ بَآءَ بِسَخَطٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَمَأۡوَىٰهُ جَهَنَّمُۖ
وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ١٦٢
Apakah
orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa
kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahanam? Dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali. (Ali Imran: 162)
Jamaah
Jumat rahimakumullah,
Dalam
khutbah kali ini, kami akan menyebutkan beberapa hal yang diridhai dan yang
dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla. Beberapa hal tersebut disebutkan oleh
hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَ ثَالًا
وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَ ثَالًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَ تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا،
وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَن وَ هَّالُ اللهُ أَمْرَكُمْ، وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ
وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya
Allah ridha terhadap kalian pada tiga hal dan memurkai kalian karena tiga hal.
Allah meridhai kalian jika,
Kalian beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya
Kalian semua berpegang teguh dengan tali
Allah serta tidak berpecah belah
Kalian saling memberi nasihat dengan orang
yang Allah kuasakan padanya urusan kalian,
Allah ‘azza
wa jalla akan memurkai kalian pada tiga hal,
Berkata-kata dengan berprasangka
Banyak meminta-minta atau banyak
bertanya-tanya
Membuang-buang harta.”
(HR .
Muslim)
Ma’asyiral
muslimin sidang jumat rahimakumullah!
Hadits
tersebut menunjukkan bahwa perkara pertama yang diridhai oleh Allah adalah tauhid,
yaitu mengesakan Allah ‘azza wa jalla dalam hal beribadah dan tidak
menyekutukan sesuatupun dengan-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ
بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ
“Sembahlah
Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (an-Nisa’: 36)
Allah
menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ
إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(adz-Dzariyat: 56)
Tauhid
adalah modal utama untuk seseorang masuk surga dan selamat dari neraka
sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ لَقِيَ اللهَ يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئاً دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barang
siapa berjumpa dengan Allah dengan tidak menyekutukan apapun dengan-Nya,
niscaya akan masuk surga.” (HR . al-Bukhari dari Muadz bin Jabal radhiallahu
‘anhu)
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
“Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan atas neraka bagi orang70 orang yang berkata, ‘La ilaha
ilallah,’ (Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah ‘azza wa jalla) dengan
ikhlas sepenuh hati mengharap wajah Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari
Utbah radhiallahu ‘anhu)
Kesyirikan
adalah penyebab utama masuk dan kekalnya seseorang dalam neraka serta
terhalangnya dari masuk surga. Firman Allah ‘azza wa jalla,
لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ
إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ
حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ
مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢
Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah adalah al-Masih
putra Maryam.”
Padahal
al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan
Rabbmu.”
Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi
orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (al-Maidah: 72)
Hadirin
jama'ah jumat rahimakumullah!
Perkara kedua
yang diridhai oleh Allah ‘azza wa jalla yang disebutkan dalam hadits di atas,
“Berpegang teguhlah dengan tali Allah ‘azza wa jalla dan jangan berpecah
belah.”
Allah ‘azza
wa jalla berfirman,
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا
وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
“Dan
berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai.” (Ali
Imran:103)
Maksudnya
adalah berpegang teguh dan berpedoman dengan al-Qur’an dan as-Sunnah dalam
segala aspek kehidupan beragama (ibadah, akhlak, akidah, maupun muamalah) serta
mengedepankan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah daripada ajaran lain apa pun
bentuk ajarannya.
Larangan
bercerai berai dari ayat dan hadits tadi menuntut kita untuk bersatu dan
bersepakat di atas al-haq, al-Qur’an, dan as-Sunnah sebagaimana yang ditegakkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Ini tidak
akan terealisasi kecuali dengan mengembalikan segala perselisihan kepada
al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman para sahabat dan orang yang mengikuti
jejak mereka.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ
أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن
تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ
بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
“Wahai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri (pemegang kekuasaan dan alim
ulama) di antara kalian. Jika kalian berbeda pendapat, maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (as-Sunnah) jika kalian beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Hal itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’:
59)
Rasulullah
bersabda,
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي إِلَى ثَ ثَالٍ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ
هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: هُمْ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Umat ini
akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya berada di neraka
kecuali satu. (Para sahabat) bertanya, ‘Siapa mereka yang selamat wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Mereka adalah yang seperti aku dan para
sahabatku sekarang ini’.” (HR . at-Tirmidzi dari Abdullah bin Amr radhiallahu
‘anhuma dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani)
Jamaah
Jumat rahimakumullah,
Hal ketiga
yang diridhai Allah ‘azza wa jalla dalam hadits di atas adalah saling
menasihati dan bekerja sama dengan pemegang kekuasaan pemerintahan negeri kaum
muslimin. Keputusan dan peraturan penguasa kaum muslimin temasuk pihak yang
diperintahkan oleh Allah ‘azza wa jalla untuk kita taati dan patuhi, dalam hal
yang baik.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ
أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن
تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ
بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
“Wahai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri
(pemegang kekuasaan dan alim ulama) di antara kalian. Jika kalian berbeda
pendapat, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-Sunnah)
jika kalian beriman kepada Allah dan hari kemudian. Hal itu lebih utama dan
lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 59)
Kita juga
berhak memberi usulan, masukan, dan untaian nasihat secara sopan, diam-diam,
tidak terang-terangan. Kita dituntut untuk bersabar menghadapi berbagai hal
atau sikap penguasa yang menurut kita tidak cocok, baik terhadap kita pribadi
atau masyarakat umum. Di antara nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا
يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرَا
فَيَمُوتُ إِ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barang
siapa melihat dari tindakan pemimpinnya kurang berkenan di hatinya, hendaknya
dia bersabar. Karena tidaklah seseorang yang menyelisihi jamaah walaupun hanya
sejengkal, kemudian dia mati, melainkan dia mati jahiliah.” (HR . al-Bukhari
dan Muslim, dari Ibnu Abbas)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرآنِ الْكَرِيم،ِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتَ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيم. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمِ.
KHUTBAH JUMAT KEDUA
khutbah jumat |
الْحَمْدُ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وِدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ
شَهِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ شَرِيكَ لَهُ إِقْرَارًا
بِهِ وَتَوْحِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، صَلَّى
اللهِ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا. أَمَّا
بَعْدُ
Jamaah
Jumat rahimakumullah,
Adapun tiga
hal yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla yang disebutkan dalam hadits di
atas;
Pertama,
suka membicarakan berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Allah ‘azza wa
jalla telah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ
كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ
“Wahai
orang-orang yang beriman, hindarilah dari banyak berprasangka.” (al-Hujurat:
12)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ
أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Tinggalkanlah
berprasangka, karena berprasangka adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” (HR .
Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Bahkan
Islam melarang seseorang memberitakan setiap apa yang dia dengar dan setiap apa
yang dia lihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ
يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah
seseorang dianggap dusta dengan dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.”
(HR . Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Terlebih
lagi kalau sampai berdusta, padahal Allah ‘azza wa jalla telah berfirman,
وَٱجۡتَنِبُواْ قَوۡلَ ٱلزُّورِ ٣٠
“Jauhilah
perkataan dusta.” (al-Hajj: 30)
Di dalam
sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ
حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
“Jauhilah
dusta, karena berdusta akan mengantarkan kepada keburukan, sedangkan keburukan
akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang selalu berdusta dan menekuninya,
niscaya akan ditulis di sisi Allah ‘azza wa jalla sebagai pendusta.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
Hal kedua
yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla adalah banyak meminta-minta apa yang
dimiliki oleh orang lain serta senang mengajukan kebutuhannya kepada orang
lain. Tidaklah sepantasnya seorang muslim yang sehat menghinakan dirinya dengan
cara meminta-minta.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
لاَ تَزَالُ الْمَسْأَلَةَ بِأَحَدِكُمْ
حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مَزْعَةُ لَحْمٍ
“Tidaklah
perbuatan meminta-minta ditekuni oleh seseorang kecuali dia akan berjumpa
dengan Allah dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)
Pada hadits
lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Perbuatan
meminta-minta adalah penggaruk yang mengoyak wajah seseorang. Kecuali jika
seseorang meminta kepada penguasa atau dalam urusan yang mengharuskannya
meminta.” (HR . at-Tirmidzi, dari Samurah bin Jundub radhiallahu ‘anhu)
Hal ketiga
yang dimurkai oleh Allah dalam hadits di atas adalah perbuatan menyia-nyiakan
harta. Sebab, harta adalah karunia dan kenikmatan dari Allah ‘azza wa jalla
yang wajib disyukuri. Allah ‘azza wa jalla telah berfirman,
وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن
كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ ١١٤
“Syukurilah
kenikmatan Allah atas kalian jika kalian hanya beribadah kepadanya.” (an-Nahl:
114)
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ
وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah,
mudahkanlah kami dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah kepada-Mu dengan
baik.”
Itulah materi khutbah jumat yang bisa saya sajikan, semoga materi khutbah jumat ini dapat dijadikan sebagai materi khutbah di masjid tempat kita masing-masing. dan semoga bermanfaat. nantikan materi khutbah terbaru kami di contohsuratmakalah.blogspot.com
Artikel terkait khutbah jumat baca juga : saling menasehati jalan keselamatan
Downlod materi Khutbah Jumat
Jika anda membuthkan materi khutbah jumat ini silahkan download materi khutbah jumat di khutbah jumat tiga hal yang diridho dan tiga hal yang dimurkai
Sumber : Assysyariah.com